Ulat dan kupu-kupu dalah dua hewan yang berbeda. Ulat lebih kelihatan menjijikkan,
mobilitas pergerakannya sangat lambat, juga diasosiasikan sebagai hama tanaman
karena menggerogoti daun. Sebaliknya, kupu-kupu melambangkan manfaat dan
keindahan, mempunyai pergerakan yang cepat, lincah, hinggap dari bunga ke
bunga, membantu proses penyerbukan.
Proses
transformasi ulat menjadi kupu-kupu, bukanlah proses yang mudah seperti
membalikkan tapak tangan. Prosesnya panjang dan melelahkan. Pada suatu hari, di sebuah pohon, hiduplah beberapa ekor ulat yang masih kecil. Ketika ulat-ulat kecil itu sedang makan daun, datang seekor kupu-kupu bersayap indah hinggap di pohon ini.
“Engkau siapa?” tanya seekor ulat.
“Aku ibu kalian” jawab kupu-kupu.
“Tidak mungkin! Engkau memiliki sayap yang indah bisa terbang kemana-mana, sedangkan kami tidak.”
“Aku juga dulu seperti kalian, seekor ulat. Kalian juga bisa seperti aku, bisa terbang kemana-mana, kalau kalian mau.”
“Maukah engkau mengajarkannya, hingga kami bisa terbang dan memiliki sayap seindah yang kau miliki?”
“Kalian serius ingin tahu caranya?”
“Tentu!”
“Baiklah. Pertama: kalian harus ‘puasa’ makan daun. Kedua: kalian harus mampu menahan godaan yang datang selama ‘berpuasa’. Ketiga: setelah beberapa hari kalian akan mengeluarkan air liur yang sangat banyak, maka lilitlah diri kalian dengan air liur itu hingga akhirnya membentuk menjadi kepompong yang kuat, diamlah kalian di dalamnya sampai kalian punya sayap, tumbuh kaki baru, dan mempunyai belalai untuk menghisap madu. Tetapi ingat, kalian harus sekuat tenaga menahan segala macam ujian, cobaan, tantangan yang menghampiri kalian. Apakah kalian sanggup?”
Serentak ulat-ulat kecil menjawab, “Ya, kami sanggup!”
“Oya setelah semua selesai barulah kalian bisa keluar dari kepompong. Sekarang ibu mau terbang berkeliling mencari madu bunga dan menikmati pemandangan alam yang indah ini,” kata kupu-kupu sambil beranjak pergi terbang.
Ada juga beberapa ekor ulat yang percaya pada cerita itu, mulai mengambil tindakan. Mereka bergegas mengambil tempat yang cukup nyaman untuk berlindung, berpuasa, dan membuat kepompong. Tapi di antara mereka pun ada yang mulai gusar dan ragu-ragu, benar ga sih setelah ini bisa terbang. Beberapa juga ada yang masih tetap yakin dan percaya.
Sebagian ulat, tergiur godaan, akhirnya membatalkan ‘puasa’nya, dan melahap daun juga. Sebagian kecil masih tetap bertahan, bersabar, dan terus meyakinkan diri sendiri, “Sebentar lagi aku berubah menjadi kepompong, sebentar lagi aku punya sayap indah, sebentar lagi aku bisa terbang, sebentar lagi… sebentar lagi…”
Ulat-ulat yang rakus memakan daun, memiliki tubuh yang terus bertambah besar dan terlihat kehitaman.
Sementara kepompong-kepompong, ada yang sudah mulai bergerak-gerak. Secara perlahan-lahan, muncullah makhluk-makhluk, yang memiliki kaki yang panjang dan kuat, memiliki antena, dan sayap yang bercorak sangat indah. Mereka berhasil menjadi kupu-kupu, terbang ke sana ke mari, hinggap dari dahan ke dahan, dari bunga ke bunga, menghisap madu, terbang lagi, dari pohon ke pohon, dan menghampiri beberapa ekor ulat yang sedang berkumpul. Sebagian dari mereka adalah ulat yang tidak berpuasa dan tidak mau mengurung diri dalam kepompong.
Sementara kupu-kupu setelah melalui godaan, ujian, cobaan, penderitaan, kini bisa terbang jauh, berbahagia menikmati hasil jerih payahnya.
Banyak sekali
hikmah yang bisa kita peroleh dari cerita metamorfosis ini. Salah satunya
adalah, kesuksesan itu butuh pengorbanan, keyakinan (belief) dan kesabaran
dalam menjemput hasil. Semua orang menginginkan kesuksesan, namun hanya sedikit
saja yang berani bertahan dan berhasil lulus melalui tantangan. Semoga
kita termasuk golongan yang sedikit itu yaa… Amiiiiiiiinn
No comments:
Post a Comment